- Home >
- PENCIPTA ANDROID
Posted by :
Unknown
Kamis, 06 November 2014
Andrew
"Andy" Rubin bolehlah dijuluki "Bapak Android". Ia merupakan
pendiri Android Inc, yang kemudian dibeli Google dan "meledak" jadi
sistem operasi smartphone laris. Sempat jadi Kepala Sistem Operasi Android di
Google, Andy kemudian mendapat tugas mengembangkan proyek robot Google.
Dua tahun bertugas
di divisi robotik itu, Andy memutuskan mengundurkan diri dari Google pada Jumat
(31/10/2014). Rubin disebut akan mendirikan perusahaan inkubator yang bergerak
di bidang teknologi hardware. Salah satu kalimat Rubin tentang Android yang
terkenal adalah, "Kami tidak sedang membuat sebuah ponsel Google. Kami memungkinkan
ribuan orang untuk membuat ponsel Google!". Kalimat itu seakan menegaskan
filosofi di balik ponsel Android. Terbukti, sekarang ada banyak jenis ponsel,
tablet, dan bahkan kamera yang menjalankan sistem operasi Android.
Karier Rubin di
Google dimulai sejak 2005, saat Android Inc dilahap oleh Google. Namun, sebelum
itu, Rubin ternyata sudah pernah bersinggungan dengan Apple dan Microsoft, dua
raksasa yang sekarang juga bersaing dengan Google di arena smartphone.
Masuk Apple dari pantai
Sejak kecil, Rubin
sudah terbiasa melihat banyak gadget baru. Ini karena ayahnya, seorang psikolog
yang banting setir ke bisnis direct marketing, menyimpan produk elektronik yang
akan dijualnya di kamar Rubin. Ia memiliki minat besar pada segala hal berbau
robot. Di Carl Zeiss AG, tempat kali pertama ia bekerja setelah lulus kuliah,
Rubin berada di sebuah divisi robotika, tepatnya pada komunikasi digital antara
jaringan serta perangkat pengukuran dan manufaktur. Setelah dari Carl Zeiss, ia
sempat bekerja di bidang robot di sebuah perusahaan di Swiss. Karier Rubin di
bidang robotika nampaknya semakin cerah. Namun, hidupnya berubah gara-gara
liburan di Cayman Island tahun 1989. Saat sedang mengunjungi kepulauan tropis
di Jamaika itu, Rubin tak sengaja bertemu dengan seorang bernama Bill Caswell.
Pria ini sedang tidur di tepi pantai, terusir dari sebuah cottage setelah
bertengkar dengan pacarnya. Andy menawarkan pria itu tempat tinggal. Sebagai
balas budi, Casswell menawarkannya pekerjaan. Kebetulan, pria itu bekerja di
Apple.
Di Apple, Rubin
mengalami masa-masa yang menyenangkan. Pada saat itu, Apple masih dalam kondisi
baik berkat komputer Macintosh. Budaya Apple pun menular pada diri Rubin. Di
sana ia sempat melakukan kejahilan seperti memprogram ulang sistem telepon
sehingga ia bisa berpura- pura sebagai sang CEO, John Sculley. Lelucon seperti
itu mungkin akan disukai Steve Jobs, pria yang gemar membuat lelucon lewat
telepon. Namun ketika itu adalah periode Apple tanpa Jobs.
"Dilempar" ke General Magic
Dari bagian
manufaktur, Rubin pindah ke bagian riset di Apple. Kemudian, pada 1990, Apple
melakukan spin-off untuk membentuk sebuah perusahaan bernama General Magic dan
Rubin ikut di dalamnya.
General Magic
berfokus pada pengembangan perangkat genggam dan komunikasi. Para engineer yang
gila kerja, termasuk Rubin tentunya, berhasil mengembangkan sebuah peranti
lunak bernama Magic Cap. Sayangnya, Magic Cap tidak mendapat sambutan dari
perusahaan handset dan telekomunikasi. Beberapa yang menerapkan Magic Cap hanya
melakukannya sebentar. General Magic pun akhirnya hancur. Beberapa pengembang di
General Magic, bersama beberapa veteran Apple, kemudian mendirikan Artemis
Research. Perusahaan ini mengembangkan sesuatu bernama WebTV, sebuah upaya awal
untuk menggabungkan internet dengan televisi.
"Mampir" ke Microsoft
Rubin bergabung
dengan Artemis untuk ikut mengembangkan WebTV tersebut. Saat Microsoft membeli
Artemis, di 1997, Rubin pun ikut bergabung dengan perusahaan raksasa itu. Episode
gila khas Rubin kembali terjadi di Microsoft. Rubin membangun sebuah robot yang
dilengkapi kamera untuk mengerjai rekan-rekannya. Gilanya, robot itu terhubung
ke internet dan pada satu insiden sempat dibobol oleh pihak di luar Microsoft.
Pada 1999, Rubin
keluar dari WebTV (dan artinya, ia tak lagi menjadi karyawan Microsoft). Ia
kemudian menyewa sebuah toko di Palo Alto, California, dan menyebut toko itu
sebagai laboratorium. Di tempat yang penuh dengan berbagai mainan robot koleksi
Rubin, lahirlah sebuah ide untuk produk baru. Bersama beberapa rekannya, Rubin
kemudian mendirikan Danger Inc.
Sukses awal dengan Sidekick
Sukses diraih
Danger melalui sebuah perangkat bernama Sidekick. Aslinya, perangkat ini
dinamai Danger Hiptop. Namun, di pasaran ia dikenal sebagai T-Mobile Sidekick.
"Kami ingin
membuat sebuah perangkat, kira-kira seukuran batang cokelat, dengan harga di
bawah 10 dollar AS, dan bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda dan
mendapatkan informasi soal benda itu dari internet. Lalu, tambahkan perangkat
radio dan transmiter, jadilah Sidekick," tutur Rubin soal Sidekick. Saat
ini, Sidekick memang sudah terlihat usang. Namun pada masanya, Sidekick adalah
sebuah benda yang ganjil dengan konsep teknologi yang melampaui zaman.
Menurut Rubin,
Perangkat itu merupakan pengakses data dengan kemampuan telepon. Ketika muncul
di pasaran, Sidekick harus menghadapi kenyataan bahwa PDA sedang kehilangan pasar.
Namun, Rubin menegaskan bahwa Sidekick bukanlah PDA.
"Seharusnya,
orang-orang bukan bertanya apakah ini PDA atau ponsel. Mereka harusnya
bertanya, apakah ini platform untuk pengembang pihak ketiga? Ini adalah hal yang
baru. Ini adalah untuk kali pertama sebuah ponsel dijadikan platform untuk
pengembang pihak ketiga," kata Rubin.
Sekarang, apa yang
dikatakan Rubin bukan hal aneh lagi. Lihat saja Apple dengan jutaan aplikasi
pihak ketiga yang hadir di iPhone. Hal lain yang dilakukan Danger, yang pada
masa itu belum terpikirkan, adalah menjembatani antara pembuat handset dan
penyedia jaringan. Danger memutuskan untuk berbagi keuntungan dengan T-Mobile
dalam layanan Sidekick. Dengan demikian, Danger tak mengandalkan penjualan
handset sebagai sumber penghasilan satu-satunya, tetapi juga dari layanannya.
Ini membuat perusahaan pembuat perangkat (Danger) memiliki tujuan yang sama
dengan penjual perangkat (operator telekomunikasi T-Mobile).
Dicaplok Microsoft
Rubin meninggalkan
Danger pada tahun 2004. Pada tahun 2008, perusahaannya itu dibeli oleh Microsoft.
Sang Raksasa rupanya tertarik untuk memasuki bisnis ponsel dengan lebih agresif
lagi. Nilai yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Menurut kabar yang
beredar, Microsoft membeli Danger dengan harga 500 juta dollar AS. Namun,
pembelian Danger oleh Microsoft ternyata tidak membawa hasil yang berbunga-bunga.
Para eksekutif yang tersisa dari Danger digabungkan oleh Microsoft ke dalam
Mobile Communication Business, dari divisi Entertainment dan Devices. Kemudian,
mereka diminta mengembangkan sebuah ponsel yang dikenal dengan sebutan Project
Pink. Targetnya, ponsel ini harusnya bisa menjadi pesaing iPhone, BlackBerry,
dan Android.
Gagalnya Project Pink
Menurut
ComputerWorld, Project Pink menderita penyakit klasik di sebuah perusahaan
besar. Karena proyeknya cukup bergengsi, ia diperebutkan oleh beberapa pihak.
Lebih parahnya lagi, perkembangannya makin melenceng dari yang diinginkan.
Contohnya, awalnya
ponsel itu akan dikembangkan dengan basis Java, tetapi kemudian diminta untuk
menggunakan sistem operasi Microsoft. Sayangnya, Windows Phone 7, yang
seharusnya bisa digunakan untuk Project Pink, belum siap. Walhasil, saat
diluncurkan, ponsel yang akhirnya bernama Microsoft Kin ini menggunakan sistem
operasi Windows untuk ponsel yang "lawas". Sambutan pasar yang dingin
pun membuat Kin akhirnya harus ditutup, hanya beberapa bulan sejak diluncurkan.
Nasib layanan Sidekick, yang diwarisi Microsoft dari Danger, juga tak terlalu baik.
Dalam satu insiden, yang masih belum diketahui pasti apa penyebabnya, pelanggan
Sidekick tiba-tiba kehilangan semua data mereka. Satu yang perlu diketahui,
semua data pada Sidekick memang disimpan "di awan" (dalam hal ini
pada server yang dikelola Microsoft dan bisa diakses melalui internet). Nah,
ketika server itu mengalami gangguan, semua data pengguna Sidekick pun lenyap.
Memikat pendiri Google
Pada awal 2002,
Rubin sempat memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan
Sidekick. Pasalnya, meski penjualan Sidekick di pasaran tak meledak, perangkat
itu dinilai cukup baik dari sisi engineering. Sebuah kebetulan bahwa Larry Page
dan Sergei Brin, pendiri Google, ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas
kuliah, Page menemui Rubin untuk melihat Sidekick dari dekat. Rupanya, Page
melihat perangkat itu menggunakan mesin cari Google.
"Keren !!!",
ujar Page. Ini adalah sebuah titik tolak bagi Page untuk sebuah ide yang dalam
beberapa tahun kemudian akan terwujud sebuah ponsel Google.
Mendirikan Android
Lebih kurang dua
tahun setelah itu, Rubin telah meninggalkan Danger dan mencoba melakukan
hal-hal baru. Di antaranya mencoba memasuki bisnis kamera digital sebelum
akhirnya ia mendirikan Android. Rubin menginkubasi Android saat ia menjadi
enterpreneur-in-residence bersama perusahaan modal ventura Redpoint Ventures di
2004.
"Android
berawal dari satu ide sederhana, yaitu sediakan platform mobile yang tangguh dan
terbuka sehingga bisa mendorong inovasi lebih cepat demi keuntungan pelanggan,"
ujar Rubin. Pada Juli 2005, 22 bulan setelah Android berdiri, perusahaan itu
ditelan oleh raksasa Google. Rubin pun memilih untuk bergabung dengan Google. Ketika
membeli Android Inc, Google tidak menyebutkan dengan rinci berapa harga yang
dibayarkan dan apa yang ingin dilakukannya dengan perusahaan itu. Bahkan,
Google menyebut pembelian itu sebagai akuisisi terhadap sumber daya manusia dan
teknologinya saja.
Selain Andy Rubin,
Google memang meraup banyak orang brilian dari Android. Ini termasuk Andy
McFadden (pengembang WebTV bersama Rubin, dan juga pengembang Moxi Digital),
Richard Miner (mantan Vice President Orange, perusahaan telekomunikasi), serta
Chris White (pendiri Android dan perancang interface WebTV).
Revolusi "Robot Hijau"
Bersama Google,
Android diberi kekuatan ekstra. Perusahaan asal Mountain View, California, itu
kemudian membentuk Open Handset Alliance untuk mengembangkan perangkat bagi
Android.
"Google tak
bisa melakukan segalanya, dan kami tidak perlu. Itulah mengapa kami membentuk
Open Handset Alliance dengan lebih dari 34 rekanan," ujar Rubin. Perangkat
Android yang hadir di pasaran memang bukan buatan Google. Petarung kelas berat
Android termasuk Motorola, Samsung, dan HTC yang masing-masing melemparkan
ponsel Android andalan mereka ke pasaran.
"Sekadar melemparkan
peranti lunak tidaklah cukup," Rubin menjelaskan.
"Anda perlu
handset yang dikembangkan untuk peranti lunak ini dan penyedia jaringan yang
mau memasarkannya." Seperti kata Larry Page, saat mengumumkan mundurnya
Rubin dari jabatannya, awalnya banyak orang menganggap Rubin "gila".
"Ia percaya,
menerapkan standar dengan memanfaatkan sistem operasi open source akan
mendorong inovasi di industri mobile . Kebanyakan orang saat itu menganggap ia
gila. Tapi kami (pendiri Google, Page dan Brin) sepakat dengan pemikirannya,"
ujar Page. Saat ini, kata Page, Android adalah sistem operasi mobile paling
banyak digunakan di dunia.
"Pencapaian
yang melebihi ambisi gila kami saat mengembangkan Android pada awalnya," kata
Page.
Apakah kiprah "Bapak Android" berikutnya?
"Saya berharap
Andy mendapatkan yang terbaik ke depannya. Android yang diciptakannya
benar-benar luar biasa dengan satu
miliar lebih pengguna yang senang. Terima kasih," demikian kata perpisahan
dari CEO Google Larry Page.