- Home >
- F-22 RAPTOR
Posted by :
Unknown
Sabtu, 25 Oktober 2014
F-22 Raptor adalah pesawat tempur
siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk
dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat
tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan
darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa
pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22,
tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan
akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada
Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang
bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan
perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi
sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
Sejarah
YF-22, pesawat
pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.
Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk
demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk
mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk
menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat
kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan
untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi
modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir,
sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh
dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan
Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase
demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua
prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika
Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu pesawat ini merupakan
pesawat tempur paling mahal dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta
per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan. Pada April 2005, total
biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar menyebabkan jumlah pesawat
yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180,
dari rencana awal 750 pesawat. Salah satu faktor penyebab pengurangan ini
adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22,
tapi dengan harga satuan yang lebih murah.
Bagian-bagian
pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.
YF-22 'Lightning II'
YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar
untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan
antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak
perubahan kecil lainnya. Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto,
umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22
diberikan julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan
sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat
diberi julukan SuperStar and Rapier. Namun
F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7
Juli 2006.
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan
kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada
April 2002, pada saat pengetesan prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat
di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld tidak
terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.
Produksi
Proses produksi
F-22.
F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan
Udara Nellis, Nevada pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi
terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor
yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran
versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas
landas, sang pilot selamat setelah eject
beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa
interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan
kerusakan pada sistem kontrol.
Pergantian nama
Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika
pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia
Co.,Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika
Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan
penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong
citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan
oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat
tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan
lagi menjadi F-22 pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005
F-22A secara resmi mulai dipakai.
Dua F-22 Raptor.
F-22 (atas) merupakan versi pengembangan, Raptor 01.
Pembelian
Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan
750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major
Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada
tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat
memasuki masa pakai pada tahun 2004. Laporan Kementrian Pertahanan pada tahun
1997mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan
bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian
menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat,
yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat.
Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres
dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun yang masih membuka peluang untuk
pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa
pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih
banyak pesawat akan dibeli untuk pemesanan barang-barang long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government
Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan
total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan
dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan
sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu
yang disebut sebagai "sunk cost"
telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan
keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.
F-22 (atas)
dengan pendahulunya, F-15.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan
dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini. Ini akan menghasilkan biaya
sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan
biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara
akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih
rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.
F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada, kekhasan
itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2,2 miliar
per unit. Walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih
adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika
Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan
lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk dengan
harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.
Ciri-ciri
Mesin Pratt
& Whitney F119 F-22.
Pergerakan
Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22
memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran
axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini
masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per
turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika
dalam supercruise tanpa senjata
eksternal. Dengan afterburner,
menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120
km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada
kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong
membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti
Manuver Herbst, Kobra Pugachev, dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut
menyerang konstan yang lebih besar dari 60°. Ketinggian terbang juga
memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para
pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi
dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22
pada latihan tersebut.
Avionik
Radar APG-77-1A yang
dipakai oleh F-22.
F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang
untuk operasi superioritas udara dan serangan darat yang sulit dideteksi
pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target
sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali
setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat
memfokuskan emisi terhadap sensor lawan yang membuat pesawat lawan mengalami
gangguan.
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor
Raytheon yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik dan
memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta
baris koding yang sebagian besar memproses data yang ditangkap
radar. Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil dan
direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.
F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk
pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan
identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint. Kemampuan
"mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat
ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat
mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat
agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama
MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan
dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394) yang diciptakan oleh Apple dan
sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan
digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.
Ruang senjata
internal F-22.
Persenjataan
F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke
udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak
mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya
katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat
ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint
Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter
Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga
dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini
dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya.
Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang
tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan
akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik.
Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa
terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.
Kemampuan siluman
F-22 menjatuhkan
bom JDAM GBU-32.
Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai
fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat
sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain
pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus,
dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat
agar lebih tersembunyi. F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi
infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari
panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar
seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah
karena tidak tahan cuaca buruk. Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2
Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada
hangar biasa. Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature
Assessment System" yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat
sudah tinggi sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.
Pemakaian afterburner
juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar, ini diperkirakan
adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.
Spesifikasi
(F-22 Raptor)
Data dari USAF,
situs Tim F-22 Raptor dan Aviation Week & Space Technology
Ciri-ciri umum
1.
Kru: 1
2.
Panjang: 62 kaki 1
in (18,90 m)
3.
Rentang sayap: 44 kaki 6
in (13,56 m)
4.
Tinggi: 16 kaki 8
in (5,08 m)
5.
Luas sayap: 840 kaki²
(78,04 m²)
6.
Airfoil: NACA 64A/05,92 akar, NACA 64A/04,29 ujung
7.
Berat kosong: 31.670 lb
(14.365 kg)
8.
Berat isi: 55.352 lb
(25.107 kg)
9.
Berat maksimum saat lepas landas: 80.000
lb (36.288 kg)
10.
Mesin: 2 × Pratt
& Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb
(155,7 kN) masing-masing
Kinerja
1.
Laju maksimum: Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi
2.
Laju
jelajah: Mach
1,72 (1.825 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi
3.
Jangkauan feri: 2.000 mi
(1.738 nm, 3.219 km)
4.
Langit-langit bata: 65.000
kaki (19.812 m)
5.
Laju tanjak: rahasia (tidak diketahui umum)
6.
Beban sayap: 66
lb/kaki² (322 kg/m²)
7.
Dorongan/berat: 1,26
8.
Maximum g-load: −3/+9
g
Persenjataan
1.
Meriam: 1×20 mm
(0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
2.
Udara ke udara:
- 6× AIM-120
AMRAAM
- 2× AIM-9
Sidewinder
3.
Udara ke darat:
- 2× AIM-120
AMRAAM dan
- 2× AIM-9
Sidewinder dan salah satu:
- 2× 1.000 lb
JDAM atau
- 2× Wind
Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
- 8× 250 lb
GBU-39 Small Diameter Bomb