Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for Oktober 2014


Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Dimasa yang akan datang, penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), semakin lama akan semakin berkurang dan digantikan dengan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Salah satu energi terbarukan yang dapat kita temui sehari-hari adalah cahaya matahari. Energi cahaya matahari kedepannya memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang kelistrikan, utamanya dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik berskala rumah tangga.



Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis silikon pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory mengamati silikon polikristalin akan membentuk built in junction, karena adanya efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction, dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk meningkatkan efisiensi konversi energi foton menjadi energi listrik semakin intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya dengan beraneka bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Photovoltaic Plants)

Prinsip Kerja dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan jenis pembangkit energi listrik alternatif yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga surya untuk dapat menghasilkan energi listrik, yaitu :
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants). Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants). Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik secara langsung.



Berikut akan dijelaskan tentang keduanya :

Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (Concentrated Solar Power Plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, sering kali diatas 300 derajat fahrenheit (150 derajat celcius). Fluida panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi listrik.

Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
















Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya


Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik (power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus, yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur cermin agar selalu menghadap matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.


Power Tower

Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)

Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk memproduksi energi listrik dalam skala besar.


Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)



Sel Surya

Sel surya atau sel fotovoltaik adalah sebuah alat yang mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan menggunakan efek fotolistrik. Sel surya pertama diciptakan oleh Charles Fritts pada tahun 1880. Pada tahun 1931 seorang insinyur Jerman, Dr Bruno Lange, mengembangkan sel fotovoltaik menggunakan selenida perak di tempat oksida tembaga. Meskipun sel prototipe selenium mengkonversi kurang dari 1% dari cahaya menjadi listrik, Ernst Werner von Siemens dan James Clerk Maxwell mengakui penemuan ini sangatlah penting. Setelah karya Russell Ohl pada 1940-an, peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller dan Daryl Chapin menciptakan sel surya silikon pada tahun 1954. Sel-sel surya awal biaya 286 USD/watt dan mencapai efisiensi dari 4,5-6%.

Ø Tipe Sel Surya

Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.

Fabrikasi Fotovoltaik

Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Ø Prinsip Kerja Sel Surya

Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type (terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik.

Proses Kerja Sel Surya

Cara kerja sel surya identik dengan piranti semikonduktor dioda. Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut bisa menempuh perjalanan menuju bahan semikonduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk digunakan pada perabot listrik. 



Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga

Komponen-Komponen

Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal, komponen-komponen yang digunakan adalah : 

Komponen-Komponen PLTS

1)      Solar Panel / Panel Surya :  alat untuk mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sebuah sel surya dapat menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel surya / solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
2)      Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar atau lebih kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi sebagai penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal. Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT). Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti diterangkan berikut :
  1.   LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V, maka    untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka beban akan otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect).
  2. HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika battery/accu sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika voltage battery kembali turun.
  3.  Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan otomatis menyambung kembali.
  4. Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
  5.  Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke modul surya pada malam hari.
  6. PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak disambungkan ke controller.
  7. Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).

3)      Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating current). 
4)      Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Berikut adalah diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga

Diagram Instalasi PLTS

Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui bahwa beberapa panel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih besar. Combiner digunakan untuk menghubungkan kaki positif panel surya satu dengan yang lainnya. Begitu pula untuk kaki negatifnya. Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller dan begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat dengan arus AC, seperti : Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai yang merupakan arus DC harus diubah terlebih dahulu menjadi AC dengan menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah energi listrik yang telah dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan kWh meter. Untuk melindungi panel surya dan perangkat lainnya dari gangguan, maka digunakanlah panel pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya sering terjadiIslandingIslanding adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada jaringan distribusi yang dimiliki oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal ini dapat terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan distribusi listrik. Agar tidak merusak PLTS, digunakanlah power conditioner. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya Islanding dan dengan segera menghentikan kerja PLTS.  Power conditioner biasanya menjadi satu dengan inverter.



Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga
Sebelum menentukan kapasitas sel surya yang sesuai dengan kebutuhan suatu rumah, alangkah baiknya sebelumnya untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu. Langkah-langkah sebelum menentukan sel surya yang tepat untuk dibeli adalah
Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt).
Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (ampere hour).
Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan jumlah panel sel surya yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. 

Perhitungan Keperluan Daya
Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 watt x 4 jam sehari = 600 watt hour.
Televisi 21″: @ 100 watt x 5 jam sehari = 500 watt hour
Kulkas 360 liter : @ 135 watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka pintu) = 1080 watt hour
Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 watt hour
Perangkat lainnya = 400 watt hour
Total kebutuhan daya =  3480 watt hour
Perhitungan Jumlah Panel Surya
Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 watt (perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):
Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5)  = 7 panel surya.
Perhitungan Jumlah Baterai
Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan untuk 50% pemenuhan kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 = 6960 watt hour = 6960 / 12 volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 watt hour = 20880 / 12 volt / 100 Amp = 17 batere 100 Ah.



Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

v Kelebihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah :
Cahaya matahari merupakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak akan habis. Oleh karena melimpahnya ketersediaan cahaya inilah, pembangkit listrik tenaga surya dapat menjadi pembangkit listrik alternatif yang dapat menggantikan energi-energi lainnya yang tidak dapat diperbarui, seperti gas alam, batubara, minyak, nuklir dll.

Green Power Plant

Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit listrik yang bersih dan ramah lingkungan. Pembangkit ini hanya membutuhkan cahaya matahari sebagai komponen utama penghasil energi listriknya. Selain itu, tidak ada limbah keluaran dari hasil proses pembangkitannya. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat menggantikan pembangkit listrik lain untuk mengurangi jumlah limbah keluaran yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan, seperti nuklir dan batubara.
Umur pemakaian dari komponen penyusunnya, seperti sel surya, relatif panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa membangun pembangkit listrik tenaga surya merupakan suatu investasi jangka panjang. Karena bentuknya yang sederhana dan ringkas, maka pembangkit listrik tenaga surya mudah dalam pemasangan dan juga mudah dalam perawatannya.
Jika dipasang secara individual (satu rumah satu sistem). Rumah yang berjauhan sekalipun tidak memerlukan jaringan kabel distribusi. Selin itu, gangguan pada satu sistem tidak mengganggu sistem lainnya. 



v Kerugian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) :

Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari. Lebih buruk lagi bila proses pembangkitan dilakukan pada musim penghujan. Langit sering kali ditutupi oleh awan. Sehingga besarnya cahaya matahari yang akan dikonversi ke energi listrik tidak optimal.
Bahan pembuatan komponen pembangkit listrik tenaga surya masih berharga mahal. Terutama untuk tipe sel fotovoltaik.



Dampak PLTS Terhadap Lingkungan

1)    Gas Rumah Kaca

Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada di kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan datang. Sebagai perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit listrik berbahan bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara menghasilkan 915-994 g/kWh atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan 91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi temperatur rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh. 
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang uranium dan energi pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih tinggi. 



2)    Kadmium

Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium dalam sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat beracun yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan ekologi. Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil, yaitu 5-10 g/m². Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut muncul melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara dan lignit menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh,  lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadmium dari penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.



Perkembangan PLTS Di Dunia

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tampak Atas

Pembangkit Listrik Surya Termal secara komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980. Pembangkit Surya Termal Solar Energy Generating System (SEGS) 354 MW adalah pembangkit listrik tenaga surya terbesar didunia yang terletak di gurun mojave, california. Pembangkit surya termal besar lainnya termasuk stasiun pembangkit surya Solnova (150 MW) dan stasium pembangkit surya Andasol (150 MW) di Spanyol. Agua Caliente Solar Project, lebih dari 200 MW di Amerika Serikat, dan Charanka Solar Park 214 MW di India, adalah pembangkit fotovoltaik terbesar didunia.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

     F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005. Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan, dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.



Sejarah



YF-22, pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22.


     Advanced Tactical Fighter (ATF) merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet.
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit, sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.
     Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu pesawat ini merupakan pesawat tempur paling mahal dengan harga US$120 juta per unit, atau US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan. Pada April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi 438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat. Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35 Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan harga satuan yang lebih murah.

Bagian-bagian pesawat F-22 dikerjakan oleh kontraktor yang berbeda-beda.


YF-22 'Lightning II'

     YF-22 merupakan pesawat pengembangan yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit, perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya. Kedua pesawat ini sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lighting II oleh Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier. Namun F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lighting II pada 7 Juli 2006.
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada April 2002, pada saat pengetesan prototip pertama YF-22 jatuh ketika mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom Morgenfeld tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat lunak.



Produksi

Proses produksi F-22.

     F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis, Nevada pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir dilakukan pada 27 Oktober 2004. Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22 lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.



Pergantian nama

     Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co.,Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 pada 12 Desember 2005, dan kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.

Dua F-22 Raptor. F-22 (atas) merupakan versi pengembangan, Raptor 01.

Pembelian

     Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF, dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996. Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442 pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2004. Laporan Kementrian Pertahanan pada tahun 1997mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun 2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada tahun 2006, Pentagon mengatakan akan membeli 183 pesawat, yang akan menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat. Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk rencana pembelian beberapa tahun yang masih membuka peluang untuk pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu apakah lebih banyak pesawat akan dibeli untuk pemesanan barang-barang long-lead.
     Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah menginvestasikan sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan percobaan Raptor. Uang itu yang disebut sebagai "sunk cost" telah dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.


F-22 (atas) dengan pendahulunya, F-15.

     Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk pembelian pesawat udara ini. Ini akan menghasilkan biaya sekitar $339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian pesawat.
     F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada, kekhasan itu sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2,2 miliar per unit. Walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22 menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117 Nighthawk dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah.



Ciri-ciri

Mesin Pratt & Whitney F119 F-22.

Pergerakan

     Mesin turbofan ganda Pratt & Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar 35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya "lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
     F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver Herbst, Kobra Pugachev, dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°. Ketinggian terbang juga memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih tinggi dari pesawat lain merupakan salah satu faktor penentu kemenangan mutlak F-22 pada latihan tersebut.



Avionik

Radar APG-77-1A yang dipakai oleh F-22.

     F-22 menggunakan radar AN/APG-77 AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77 mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan yang membuat pesawat lawan mengalami gangguan.
     Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon yang masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik dan memiliki memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris koding yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar. Radar ini memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil dan direncanakan untuk dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil.
F-22 juga memiliki beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara dengan RC-135 Rivet Joint. Kemampuan "mini-AWACS" ini membuat F-22 sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak mengejar target yang sama.
     Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari sistem komersial FireWire (IEEE-1394) yang diciptakan oleh Apple dan sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II.


Ruang senjata internal F-22.

Persenjataan

     F-22 dirancang untuk membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan silumannya. Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik. Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan kelincahannya. Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah habis.



Kemampuan siluman

F-22 menjatuhkan bom JDAM GBU-32.

     Pesawat tempur modern Barat masa kini sudah memakai fitur-fitur yang membuat mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti pemakaian material penyerap radar. Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi. F-22 juga dirancang untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah karena tidak tahan cuaca buruk. Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan pada hangar biasa. Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama "Signature Assessment System" yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan perawatan.
Pemakaian afterburner juga membuat emisi pesawat lebih mudah ditangkap oleh radar, ini diperkirakan adalah alasan mengapa pesawat F-22 difokuskan untuk bisa memiliki kemampuan supercruise.



Spesifikasi (F-22 Raptor)


Data dari USAF, situs Tim F-22 Raptor dan Aviation Week & Space Technology

Ciri-ciri umum
1.      Kru: 1
2.      Panjang: 62 kaki 1 in (18,90 m)
3.      Rentang sayap: 44 kaki 6 in (13,56 m)
4.      Tinggi: 16 kaki 8 in (5,08 m)
5.      Luas sayap: 840 kaki² (78,04 m²)
6.      Airfoil: NACA 64A/05,92 akar, NACA 64A/04,29 ujung
7.      Berat kosong: 31.670 lb (14.365 kg)
8.      Berat isi: 55.352 lb (25.107 kg)
9.      Berat maksimum saat lepas landas: 80.000 lb (36.288 kg)
10.  Mesin: 2 × Pratt & Whitney F119-PW-100 Turbofan pengarah daya dorong pitch, 35.000 lb (155,7 kN) masing-masing


Kinerja
1.      Laju maksimum: Mach 2,42 (2.575 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi
2.      Laju jelajah: Mach 1,72 (1.825 km/jam) pada altituda/ketinggian tinggi
3.      Jangkauan feri: 2.000 mi (1.738 nm, 3.219 km)
4.      Langit-langit bata: 65.000 kaki (19.812 m)
5.      Laju tanjak: rahasia (tidak diketahui umum)
6.      Beban sayap: 66 lb/kaki² (322 kg/m²)
7.      Dorongan/berat: 1,26
8.      Maximum g-load: −3/+9 g


Persenjataan
1.      Meriam: 1×20 mm (0,787 in) M61A2 Vulcan gatling gun di pangkal sayap kiri, 480 butir peluru
2.      Udara ke udara:
  1. 6× AIM-120 AMRAAM
  2. 2× AIM-9 Sidewinder
3.      Udara ke darat:
  1. 2× AIM-120 AMRAAM dan
  2. 2× AIM-9 Sidewinder dan salah satu:
  3. 2× 1.000 lb JDAM atau
  4. 2× Wind Corrected Munitions Dispensers (WCMDs) atau
  5. 8× 250 lb GBU-39 Small Diameter Bomb 



F-22 RAPTOR

- Copyright © 2013 私のブログへようこそ - Ao No Exorcist - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -Redesigned by Kyoto Tategami-